Generasi Z di Era 5.0 Tantangan dan Inovasi Berlandaskan Nilai-Nilai Agama
Penulis :
Jasmiko, Fadhilah Ayu, Afida Nur Rohma, Mustika Pertiwi, Suci Indah Sari, Fatimah Nafisah Azzahra, Septiandita Mailayfaiza, Aulia Nasywa, Mamlu’atul Hikmah, Raden Achmad Zildhan Frans Bestand, Nadia Ersa Yuniar, Bintang Kelana, Umar Wirahma alam, Dzaka Mutahassin Ramzan, Putri Khoirina Nuzullah, Azkia Aulia, Oktapiah Rahmadani, Naa’ila Nahda Aulia, Takrimatul Maulidiyah, Siti Fatimah Azahra
Tebal: 194 halaman
Ukuran: 14,5 cm x 20,5 cm
Editor: Al Syafiq Juliandra, Icha Agustin, Chanez, Ghaitsa Rahman Karim, Ilham Fauzi Ridwanullah, Athaillah Nabih Fulvian, Noni Rachmatunisa, M. Rafi Haqi Amana, Zulya Fathul Jannah
Design Cover : Alfiyyah Salsabila & Marlin
Layouter : Jasmiko
ISBN : On Proses
Era Society 5.0 yang berbasis pada integrasi dunia fisik dan virtual menuntut Generasi Z untuk memiliki kompetensi yang lebih dari sekadar literasi digital. Mereka perlu memahami konsep technological determinism, yakni bagaimana teknologi tidak hanya menjadi alat, tetapi juga membentuk pola pikir, nilai-nilai sosial, dan struktur masyarakat. Dalam konteks ini, Islam sebagai sistem nilai perlu dijembatani. Jika Generasi Z gagal membangun moral agency dalam pemanfaatan teknologi, maka mereka hanya akan menjadi objek pasif dari arus globalisasi yang semakin merajalela. Menjembatani antara nilai-nilai dengan manifestasi teknologi menjadi urgensi untuk dihidupkan diskursusnya. Paradigma technological humanism harus dikedepankan, yaitu pemanfaatan teknologi yang tetap berbasis pada etika dan nilai spiritual.
Generasi Z sering disebut sebagai digital natives, generasi yang lahir dalam ekosistem digital yang serba cepat dan interaktif. Karakteristik ini membawa tantangan tersendiri, terutama dalam aspek epistemologi dan psikososial. Di satu sisi, akses terhadap informasi semakin mudah, tetapi di sisi lain, muncul fenomena information overload, cognitive dissonance, serta meningkatnya polarisasi sosial akibat algoritma media digital. Dengan demikian, pendidikan yang berakar pada critical thinking menjadi sangat krusial. Allah SWT berfirman: "Dan mereka berkata: 'Sekiranya kami mendengar atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala'." (QS. Al-Mulk: 10)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa berpikir kritis dan menggunakan akal adalah bagian dari tanggung jawab manusia agar tidak terjerumus dalam kesalahan. Generasi Z harus mengembangkan intellectual resilience—kemampuan untuk memilah informasi, menganalisis secara kritis, serta membangun argumen yang berbasis pada bukti ilmiah dan nilai-nilai transendental.
Kemajuan peradaban tidak bisa dilepaskan dari aspek spiritualitas. Fenomena post-secular society, sebagaimana dikemukakan oleh Jürgen Habermas, menunjukkan bahwa modernisasi tidak selalu mengikis religiusitas, tetapi justru mendorong lahirnya bentuk-bentuk baru dari praktik keagamaan yang lebih fleksibel dan personal. Generasi Z memiliki kecenderungan untuk mencari makna spiritual dengan cara yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya. Tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa proses ini tidak mengarah pada bentuk spiritual superficiality, tetapi tetap memiliki landasan epistemologis yang kuat dalam ajaran agama. Allah SWT menyatakan: "Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al-Mujadilah: 11)
Ayat ini menunjukkan bahwa ilmu dan iman harus berjalan beriringan. Oleh karena itu, penting untuk mengedepankan pendekatan integrated knowledge, di mana ilmu pengetahuan dan agama tidak diposisikan sebagai hal yang berlawanan, tetapi sebagai dua dimensi yang saling melengkapi dalam membangun peradaban.
Buku ini adalah hasil kolektif, yakni akumulasi pemikiran kritis dari berbagai individu dalam satu wadah intelektual bernama dari Klinik Riset (KLISET). Dalam ruang ini, peserta tidak hanya belajar menuangkan ide ke dalam tulisan, tetapi juga mengembangkan metacognitive skills, kemampuan untuk merefleksikan cara berpikirnya sendiri dalam memahami fenomena sosial, ekonomi, dan budaya di era 5.0. Dengan demikian, buku ini bukan sekadar kumpulan esai, tetapi juga cerminan dari proses perkembangan intelektual yang berbasis pada riset dan analisis yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis. Allah SWT juga menegaskan pentingnya ilmu sebagai cahaya yang membimbing manusia menuju kebenaran: "Katakanlah, 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?'" (QS. Az-Zumar: 9)
Ayat ini menegaskan bahwa ilmu memiliki peran sentral dalam membangun kesadaran dan membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Oleh karena itu, buku ini diharapkan dapat menjadi medium untuk mengasah intelektualitas sekaligus memperkokoh nilai-nilai spiritual dalam mengarungi konstalasi peradaban. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini tidak hanya menjadi rekam jejak akademik, tetapi juga inspirasi bagi generasi mendatang dalam membangun peradaban berbasis ilmu dan nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar