Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

container no-pad-m no-pad-v-m widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1140

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A1
25k / bulan
60k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - A2
25k / bulan
60k / 3 bulan

Ketenangan Jiwa Menurut Al-Razi

 


Ketenangan Jiwa Menurut Al-Razi

Penulis: Abd Jalaluddin. H, S.Ag

Tebal: 179 halaman

Ukuran: 14,5 cm  x 20,5 cm

Harga: 45.000

QRCBN: 62-250-9153-219



***

Tingkat gangguan jiwa di zaman modern ini bukanlah tanpa sebab. Munurut al-Razi, ia lahir dari ketidak tahuan akan jiwanya. Andai saja manusia mengenal jiwanya, sama saja ia membangkitkan raksasa yang dapat melintasi segala dimensi kehidupan. Sebab ialah sumber kehidupan, sumber gerak, dan penentu segala tindakan manusia. Dengan mengenalnya, akan timbullah ketenangan yang teraktual dalam tindakannya. Ia tidak lagi risau dengan segalah tantangan, tapi ia akan tampil dengan kekuatan penuh mengemban tugas dan tanggungjawab sebagai khalifah di muka bumi ini membawa perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik.

***

Pernyataan Aristoteles mengatakan bahwa tujuan dari tindakan-tindakan etis bermuarah pada ketenangan dan kebahagiaan.  Artinya tindakan kita yang baik akan melahirkan ketenangan dan kebahagiaan. Hal ini jauh-jauh hari Nabi muhammad Saw pernah bersabda bahwa perbuatan yang baik yang membuat hatimu tenang. Sementara perbuatan yang buruk yang membuat hatimu sengsara.  Dua pernyataan di atas sama-sama menjelaskan perbuatan melahirkan akibat, berupa ketenangan dan kesengsaraan. Dua pernyataan inilah mendorong saya melakukan penelitian mendalam terkait sebenarnya apa yang Nabi maksud sebagai penunjang kebahagiaan. Dan apa yang Nabi maksud sebagai problem jiwa yang membuat manusia sengsara. Dari dua pernyataan di atas, mengelitik di benak saya bahwa ada penyebab yang muncul dari dalam yang membuat manusia tenang. Hal itulah yang ingin saya uraikan dalam buku ini, dengan menjadikan tafsir ar-Razi sebagai kaca mata berpikir dalam menganalisa penyebab terjadinya problem kejiawaan. Ar Razi dinilai mempunyai kapasitas mendalam terkait hal ini dengan pandangannya yang rasional. 

Disamping tulisan ini berupaya menjelaskan bagaimana jiwa mesti dayanya  (kekuatan) bertambah dengan bertambahnya tugas dan tanggung jawabnya,  tak kalah pentingnya keprihatinan penulis melihat data WHO yang menggambarkan bahwa dari hari ke hari tingkat kematian manusia mengalami peningkatan disebabkan penyakit depresi yang dialami manusia. Data WHO tahun 2002 menunjukkan 154 juta orang secara global menderita depresi.  5,8% pria dan 9,5% wanita. Menurut data WHO depresi menduduki peringkat ketiga beban penyakit secara global tahun 2004 dan cenderung naik menjadi peringkat pertama tahun 2030. Data ini mendorong saya untuk menguraikan secara mendalam penyebab ketidak tenangan manusia. 

Dalam ayat al qur’an kita dapat menemukan zikir sebagai salah satu obat untuk menenangkan hati sebagaimana ayatnya ala bizikrillahi tat mainnul qulub (QS. Al-Ra’du: 28). Artinya ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah, jiwa akan tenang. Ayat ini menggunakan tatmainnul sebagai term ketenangan. Maka dari itulah saya akan menghimpun ayat-ayat yang menggunakan term mutmainna sebagai bahan analisa terkait konsep ketenangan yang digambarkan al qur’an. Selain mutmainnah ada term sakina menjadi dua hal yang akan menjadi pengarah dalam mengkaji konsep ketenangan dari al-qur’an sebagaimana dalam surah ar rum: 21 Allah berfirman “wamin ayatihi an khalaqa lakum min anfusikum az waja litas kunu ilaiha wajaala bainakum mawaddatan warahma” artinya, diantara tanda-tanda kekuasaannya, dia menciptakan untuk kalian dari jenismu sendiri, istri-istri agar engkau merasa tenang terhadapnya.  Ayat ini menjelaskan bahwa ketenangan diperoleh karena adanya pasangan. Artinya dengan pernikahan manusia akan merasakan sakina (tenang). Dan orang yang tidak menikah, tidak akan merasakan sakinah karena dia kesepian.  

Term tuma’ninah dan sakina selain sebagai kaca mata berpikir dalam menganalisah konsep ketenangan, saya juga akan menggunakan sebagai pembatasan masalah untuk menghindari pembahasan melebar kemana-mana. Jadi semua ayat yang menggunakan term tersebut akan dijadikan pijakan dalam menguraikan problem jiwa dan bagaimana mengatasinya. Hal di atas menunjukkan adanya kesenjangan antara kondisi bahagia dan tenang yang seharusnya dimiliki manusia dengan kenyataan yang mereka hadapi. Terkait ketenangan jiwa, al-Qur’an telah banyak membicarakannya sebagaimana di atas pada surah ar-Ra’du: 28. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan