Kami adalah penyedia jasa penerbitan dan percetakan yang telah beroperasi sejak tahun 2016, dan bergabung menjadi anggota IKAPI dengan nomor 258/JTE/2023. Jika Anda memiliki naskah yang masih nganggur, daftar dan terbitkan bukumu sekarang !!!LIHAT PAKET TERBIT- Menulis Untuk Kemanfaatan -

no-pad-v widgetNoTitle noCapSlider

6/slider/Featured/16-9/1480

Quality Time Piscong

 



 Quality Time Piscong


Di suatu hari yang cerah, seekor penguin yang nyasar dari Antartika menemukan sebuah tempat misterius: ada pohon rindang, batu-batu bertumpuk, dan sungai kecil yang mengalir tenang. Ia duduk manis, menikmati angin semilir, sambil ngunyah es batu yang dibawanya dari rumah.

Tiba-tiba… “ POK! ”

Suara itu berasal dari belakang pohon.

Muncullah... Pocong!

Tapi jangan salah. Ini bukan pocong seram. Ini pocong liburan. Ia membawa bekal tahu bulat dan teh manis dalam termos.

“Brooo, numpang piknik dong!” katanya sambil rebahan di rumput.

Penguin melongo. “Eh, Cong, kamu nggak takut kering kena matahari?”

Pocong mengangkat alis (kalau dia punya alis). “ Tenang, gua pakai sunscreen SPF 9000. ”

Lalu mereka duduk berdampingan, ngobrolin nasib, bintang zodiak, dan betapa susahnya hidup tanpa kantong celana.

Dan sejak itu, pohon pinggir sungai itu jadi tempat nongkrong langka: isinya penguin, pocong, dan ketenangan yang absurd.

***

Setelah pertemuan absurd di pinggir sungai yang berujung cinta, Pocong dan Penguin akhirnya menikah dalam acara sederhana namun meriah. Akad nikah diiringi suara burung camar dan tiupan angin semilir. Saksi nikahnya? Seekor burung hantu dan batu nisan. Beberapa bulan kemudian, lahirlah anak semata wayang mereka: Piscong, wujudnya seperti penguin, namun tingkah lakunya lebih mirip pocong: melompat-lompat dengan kain kafan yang menempel di tubuhnya seperti pahlawan super, dan sesekali mengangkat kedua kaki berselaputnya seolah mengapung di udara.

Tahun demi tahun berlalu. Piscong tumbuh jadi anak yang… ya, unik. Saat anak lain belajar berbicara, Piscong lebih sibuk mengubah cara meluncur di salju dan belajar menyapa orang dengan mengangkat kain kafannya seperti orang mati.

Namun, saat Lebaran hampir tiba, situasi semakin pelik.

Pocong dan Penguin duduk sambil melipat baju lebaran Piscong yang warnanya berubah-ubah tergantung suhu hati.

“Kita mudik ke mana tahun ini?” tanya Penguin sambil mengelap es batu yang mulai meleleh.

Pocong meringis. “Kamu maunya ke Antartika, aku maunya ke kuburan. Tapi… ada satu masalah.”

Masalah itu bernama: Mbak Kunti. Ibunya Pocong. Mertua yang super galak, suara 8 oktaf, dan kalau ngomong, judesnya bisa bikin darah Pocong beku.

“ Awas ya bawa cucuku ke Antartika! Bisa jadi patung es tuh anak! Lebaran itu harus berziarah, bukan berenang sama anjing laut! ” bentaknya sambil menyisir rambut panjang yang selalu basah padahal nggak pernah keramas.

Tapi belum selesai, datang juga Pak Penguin, Bapak Penguin, sosok yang kaku dan serius, begitu mendalam setiap kalimatnya. “Kalau nggak pulang ke Antartika, kalian nggak usah manggil aku Ayah. Lebaran itu harus penuh keseruan es, bukan kuburan , ” ucapnya sambil menyesap air laut dari tempurung yang dibawanya.

Konflik makin runyam. Piscong, di sisi lain, bikin vlog: “ 5 Tips Menyambut Lebaran Buat Anak Penguin-Pocong ”. Dia nggak peduli drama orang tua, yang penting dapat THR dua kali, dari kuburan dan kutub.

Akhirnya, setelah diskusi panas, saling lempar bantal salju dan kain kafan, keluarga ini sepakat: Piscong memilih. Dengan polos, dia berkata:

“ Aku Cuma pengin Lebaran di tempat kita pertama kali ketemu… pinggir sungai. Di sanalah cintaku dilahirkan… ”

Semua pun terdiam. Akhirnya, mereka sadar, bukan tempat atau tradisi yang penting, melainkan cinta yang menghubungkan mereka.

Malam takbiran pun tiba. Piscong adzan dengan suara yang masih bingung antara “ Allahu Akbar ” dan “ Ciuutt!! ” Namun malam itu, cinta menyatukan dua dunia: horor dan kutub. Kuburan dan Antartika.

 

Pesan moralnya:

“ Tak peduli seberapa besar perbedaan kita, atau betapa anehnya dunia yang kita jalani… bersyukurlah atas apa yang ada, dan terimalah dengan lapang hati. Karena pada akhirnya, kebahagiaan itu datang dari menerima segala sesuatu dengan penuh cinta. ”

 





Tentang penulis 

Aufa Nasihat Innisa atau yang kerap di panggil Nisya Nasihat, penulis muda yang memadukan absurditas dan kelembutan dalam satu tarikan nafas. Ia menuturkan kisah-kisah kecil yang sering luput, tapi menyimpan makna besar. Lewat Piscong, ia mengahdirkan tawa dan pesan moral dalam satu bingkai cerita, jenaka, hangat dan penuh penerimaan.

 Tentang ilustrator

Hendra Aditiya dan Wahyu Catur Mugi P. Dua seniman visual yang menjahit dunia kutub dan kuburan kedalam satu waktu.

Hendra, pelukis komik dengan goresan kuat, ekspresif, dan hidup bahkan tanpa warna. Realisme khasnya berpadu nyeleneh, menghidupkan karakter Piscong dengan imajinasi yang liar tapi terasa dekat.

Wahyu, ilustrator yang mengisi ruang dengan kehalusan dan kepekaan. Ia mungkin tampak sebagai pelengkap, tapi justru jadi penyeimbang penting, menyatukan absurditas menjadi visual yang nyaman, lucu, dan utuh.

Catatan kolaborasi:

Quality Time Piscong lahir dari tawa yang tidak di sengaja dan ide yang 'nggak masuk akal tapi masuk hati'. Karya sederhana ini merupakan ungkapan cinta lintas batas, antara dingin dan kesunyian, antara absurd dan makna. Sebuah pengingat bahwa dalam keluarga, keanehan bukan halangan. Justru itulah warna kehidupan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Iklan Tersedia ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads left available col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B1
10k / bulan
25k / 3 bulan

Iklan Tersedia ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9

Iklan Tersedia <a href="wAC">ads right unavailable col-xs-12 col-sm-6 img-16-9</a>
SPACE IKLAN - B2
10k / bulan
25k / 3 bulan

Mungkin Kamu Sukacol-xs-12 col-sm-12 col-md-12 col-lg-10 col-lg-offset-1

8/grid/random/1-1/640